Tuesday, 28 January 2014

Satu kampung amblas satu meter diBogor

BOGOR - Pergeseran tanah yang menyebabkan longsor di kawasan Sukaraja, Kabupaten Bogor, kian mengkhawatirkan. Kerusakan terparah terlihat di Kampung Gobang, Desa Cibadak, Kecamatan Sukaraja.

Di lokasi ini, tanah bergeser hingga tujuh meter dan amblas sedalam dua meter hingga merobohkan 122 rumah warga serta fasilitas umum. Tak mau ambil resiko, Kampung Gobang akhirnya dikosongkan, dan 526 jiwa warga diungsikan.

Tak hanya merusak rumah-rumah warga, jalur alternatif penghubung antara Sukamakmur-Jonggol sepanjang 500 meter terputus. Retakan di aspal jalan semakin besar, bahkan hancur hingga sulit dilewati.

Sementara di desa lainnya, sebanyak 17 rumah di Kampung Cikonengbabakan, 9 rumah di Kampung Pasirgombang Desa Sirna Jaya, dan 3 rumah di Kampung Ganda Desa Sukawangi juga rata dengan tanah. Meski tak ada korban jiwa, total rumah rusak di empat desa sebanyak 151 unit, dengan perkiraan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Yos Sudrajat mengungkapkan, Sukamakmur masih dikategorikan rawan pergeseran tanah sehingga warga harus segera diungsikan. Longsor dapat terjadi kapan saja dan secara tiba-tiba, sebagai dampak pergeseran tanah sebelulmnya.

“Ini bisa berubah setiap saat. Kami sudah koordinasi dengan TNI Polri dan membuat posko kesehatan. Kami berharap semua pihak turut membantu menanggulangi,” ungkapnya.

Pernyataan Yos diamini Camat Sukamakmur, Zaenal Azhari. Zaenal memastikan pihaknya sudah menyediakan posko di setiap kantor desa. Namun warga lebih memilih tinggal di rumah tetangga atau kerabat. Sementara sebagian harta warga yang masih bisa diselamatkan, dititipkan di kantor desa.

“Sudah dua hari ini kami terpaksa meliburkan sekolah yang menjadi korban bencana. Ada tiga sekolah, dan nanti akan dicari tempat yang layak untuk mereka belajar, semisal di rumah warga,” terangnya.

Pun kondisi para pengungsi kian memprihatinkan. Bahkan, ada satu rumah yang terpaksa dihuni 17 jiwa. Selain tak tahu harus menumpang ke mana, warga khawatir jika tinggal di tenda-tenda pengungsian, mereka harus melawan hawa dingin dan hujan yang bisa datang kapan saja.

“Sekarang lagi kosongin rumah mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam. Mau cari mobil boks untuk cari tempat tinggal, tapi belum tahu ke mana harus mengungsi,” tutur salah satu warga, Eneng (50).

Warga lainnya, Ridwan dan keluarga, menumpang di rumah saudara di Kampung Surupan RT 01/05 Desa Cibadak. Ia harus merasakan tidur berdesak-desakan, karena rumah milik ini Enong (45) sekarang dihuni 4 Kepala Keluarga dan 17 jiwa.

“Harapannya ada bantuan untuk tempat tinggal dan rumah yang rusak agar diperbaiki. Jika direlokasi, kami ingin mendapatkan tempat tinggal yang layak,” ungkap Ridwan.

Mengingat rumah-rumah warga sudah dikosongkan, Kapolres Bogor AKBP Asep Safrudin berjanji pihaknya beserta TNI turun tangan mengamankan situasi dan menjaga kondisi kampung yang ditinggalkan.

“Dikhawatirkan dalam kondisi seperti ini ada yang memanfaatkan situasi. Harus diantisipasi. Kami lakukan penjagaan malam dan menyiapkan lampu-lampu darurat,” tegas Asep.

Polisi juga memberi garis dilarang melintas (police line) di sejumlah titik, karena dikhawatirkan bangunan-bangunan itu akan roboh. “Yang kami beri garis polisi, sebuah warung makan dan rumah Kades Ulung yang kondisi juga sudah rawan,” jelasnya.

Kapolres memperingatkan, warga Sukamakmur dan luar Sukamakmur untuk tidak ke lokasi jalur Puncak II karena ada kemungkinan longsor susulan. Terlebih beberapa waktu lalu, ada kecelakan off road yang menyebabkan satu orang meninggal.

Sementara itu, Wakil Bupati Bogor Nurhayanti meminta warganya untuk terus waspada, karena Kabupaten Bogor memiliki 27 kecamatan rawan longsor di 40 kecamatan yang ada. Sejauh ini, tercatat sudah terjadi bencana di 76 titik. Terlebih cuaca ekstrem di awal 2014, sehingga semua pihak perlu tetap siaga dan sigap tanggap darurat.

“Mulai dari Bappeda, BPBD, Dinkes, DBMP, harus segera mengambil solusi dalam tanggap darurat dan memikirkan penanganan ke depannya tindakan-tindakan yang harus diambil,” kata dia.

Mantan Sekretaris Daerah ini menegaskan, dalam waktu dekat Pemkab akan merancang skema relokasi bagi warga yang terkena longsor akibat pergeseran tanah pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

“Korban akan segera direlokasi, terutama yang rumahnya hancur. Untuk sementara, Pemkab menyediakan hunian sementara (Huntara). Ya, paling lama satu bulan. Sedangkan jalur yang putus sepanjang 500 meter harus secepatnya dikerjakan,” tukas Nurhayanti.

Pergeseran tanah yang terjadi di Kecamatan Sukamakmur, diprediksi dapat terus terjadi cepat atau lambat. Dosen Teknik Geologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Agus Kamardi menjelaskan, penyebab pergeseran tanah bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya bebatuan atau poros yang terganggu sehingga menyebabkan gerakan dan terjadi longsor.




“Tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lerengan lebih besar daripada gaya penahan. Sehingga penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah,” paparnya.

Selain itu, kata dia, longsor akan semakin mudah terjadi akibat faktor dorongan karena gerusan air hujan di lereng terjal atau tanah yang kurang padat dan tebal. Faktor lain yang mempengaruhi adalah batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan.

“Atau bisa juga ada beban tambahan, pengikisan karena meterial timbunan, atau bekas longsoran lama terdiskontinuitas. Semua itu harus dilihat dan diteliti terlebih dahulu dan terjun ke lapangan langsung untuk mencari penyebabnya,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan, wilayah sukamakmur bisa dilhat dari peruntukkannya, misalnya tanah yang seharusnya ditanami pohon malah dibuat bangunan.(abe/d)

No comments:

Post a Comment